Friday, May 6, 2011

JiKa BeNaR......

 Jika benar kita ini akan mati mengapa pula kita cuba menjauhinya.  Bukankah lebih baik kita bersedia menghadapinya.  Jika benar mati itu pasti, mengapa pula kita masih berdiri dengan ego sendiri seolah-olah kita sudah tahu sakitnya mati.  Kita takut mati kerana tidak cukup lagi amal yang hendak dibawa sedangkan kita tahu yang kita tidak pernah mahu menambah amal.  Mungkin hakikat sebenarnya kita takut mati kerana berpisahnya kita dengan dunia yang kita diami dan hilangnya keterikatan dengan orang yang kita cintai.    Jika benar kita bijak, mengapa pula kita sering membuat keputusan yang salah.  Kita sering menggunakan apa yang kita panggil kepandaian untuk membuat satu-satu keputusan.  Kita kemudian cukup yakin yang keputusan yang kita buat itu adalah yang terbaik.  Namun hakikat sebenar ialah kita tidak pernah tahu sebenarnya apakah yang terbaik untuk kita.  Kita tidak pernah tahu bagaimanakah masa depan kita yang sebenarnya.  Kita membuat keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang kita ada.  Justeru tidak layak untuk kita mengatakan itu yang terbaik kerana yang terbaik hanyalah ada pada pengetahuan Allah yang Maha Esa.   Jika benar kita beribadah kerana Allah swt, mengapa pula kita sering bertelagah akan kedudukan kita di sisi Allah swt.  Bukankah kita hanya perlu beribadah tanpa perlu kita memikirkannya kerana Allah swt lebih tahu kelayakan kita.  Kita seringkali ego dalam melaksanakan ibadah.  Kita merasakan yang ibadah kita lebih sempurna dari yang lain sedang kita lupa ketidaksempurnaan itu adalah sempurnanya manusia.  Jika kita merasakan yang kita sudah sempurna maka kita sudah merosakkan kesempuranaan manusia itu.  Tiada siapa yang tahu sejauh mana kesempurnaan ibadah mereka melainkan Allah swt.  Justeru itu, bagaimanakah kita boleh mengadili ibadah kita sebagai sempurna atau kita menghakimi ibadah orang lain kurang sempurna.   Jika benar kita berharap kepada Allah swt, mengapa kita masih terdetik di dalam hati ada yang lain untuk bergantung harap.  Kita mengatakan hanya Allah swt tempat kita memohon dan tempat kita berharap.  Namun apabila datang sesuatu hal, kita mula cuba menyelesaikan masalah yang mendatang itu dengan mencari orang yang dapat membantu menyelesaikan.  Kita cuba sedaya upaya mencari jalan keluar tanpa sedar Allah swt lebih mengetahui apa yang perlu kita lakukan untuk menyelesaikan masalah.  Kita lebih percaya apa yang kita lihat dari apa yang dijanjikan Allah swt.    Jika benar kita Allah swt maha penyembuh, mengapa pula apabila datang kesakitan, kita lupa untuk merujuk kepadaNya apakah ubat yang sesuai untuk kita.  Mengapa harus kita terus mencari ubat yang belum tentu sesuai untuk kita tanpa meminta petunjuk dari Allah swt.  Kita yakin Allah swt maha pemyembuh namun jujurnya jauh di dalam sudut hati, ubat itu adalah penyembuh.  Tidak pula saya mengatakan kita tidak perlu berubat tetapi sandaran penyembuhan itu secara tidak sedar sering diletakkan pada ubat yang sebenarnya hanyalah asbab.  Bukankah lebih baik kita meletakkan penyembuhan itu milik allah swt dan ubat itu hanyalah sebab musabab terjadinya penyembuhan.  Bukankah lebih indah jika ianya dilakukan secara jujur dengan hati dan rasa.   Jika benar kita mencintai Allah, mengapakah di dalam hati masih ada ruang duniawi yang banyak.  Kita katakan bahawa Allah swt dan rasul menempat di tangga teratas dalam hati sanubari.  Namun ianya hanya kata kerana rasa tidak pula bersetuju.  Rasa cinta terhadap yang lain lebih tinggi nilainya dari nilai cinta kepada Allah swt dan rasul, bagaimana mungkin rasa menipu sedangkan rasa sentiasa berkata benar.  Benar kata belum tentu benar rasa… benar rasa sudah tentu benar kata.  Kita perlu melihat ke dalam diri, sejauh mana kebenaran kata berbanding rasa.    Jika benar kita hidup berTuhan, mengapa kita sering melalaikan Allah swt.  Orang yang hidup berTuhan akan menjauhi sifat ego bahkan yang paling halus.  Orang yang hidupnya berTuhan akan membuat orang lain gembira dan tenang di sisinya kerana sifatnya yang pengasih.  Kita katakan yang kita berTuhan tetapi tanpa sedar kita sering memakai selendangNya.  Kita sombong dengan apa yang kita ada, kita merasakan kita lebih kenal Tuhan dari yang lain.  Jika benar kita berTuhan dan mencintaiNya, mengapakan harus kita bercerita tentang rahsiaNya di khalayak sedangkan rahsia tetaplah rahsia.    Jika benar kita punya ilmu yang banyak, mengapa kita terhijab dari lebih memahami siapakah diri kita di sisi Allah swt.  Bukankah ilmu yang bagus itu membawa kepada kerendahan hati dan menjadikan kita manusia yang lebih menghormati orang lain.  Bukankah ilmu sebenar ilmu itu adalah belajar untuk tidak berilmu yang bermaksud ilmu untuk belajar untuk bergantung harap kepada Maha Empunya ilmu.  Kita sering terhijab dengan banyaknya ilmu yang kita pelajari hingga kita kadangkala menongkat langit.  Kita mungkin terlupa jika kita merasakan diri kita hebat, kita tidak mungkin sehebat ikan di laut yang tidak masin walaupun laut itu masin… kita tidak mampu terbang setinggi burung tanpa bantuan alat… kita masih takut gigitan semut yang jauh lebih kecil dari manusia.    Jika benar kita ingin berubah… berubahlah dari jiwa yang tidak tenang kepada jiwa yang tenang.  Tenang pula hanya datang dengan meningati Allah swt dengan sebenar-benar ingat.  Apabila jika sudah tenang maka berlakukan perubahan dalam kehidupan… berubahlah kegelapan kepada terang… lenyaplah ego timbullah kehambaan… robohlah ketergesaan berganti kerinduan.  Kerinduan yang terbit dari cinta nan sejati… cinta yang tidak berbelah bahagi… hanya kepada Ilahi bukan diri sendiri.  Jika benar… jika benar…  



JaNgAn AdA PrAsAnGkA..........

JANGAN BERPRASANGKA BURUK TERHADAP ORAG LAIN DAN JANGAN PULA MENDENGARKAN UCAPAN ORANG LAIN DALAM KEADAAN MEREKA TIDAK SUKA Berbagai prasangka buruk terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita. Sebagian besarnya, tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang terjadi adalah asal tuduh kepada saudaranya. Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su`u zhan mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di hati kita. Berbagai prasangka terlintas di pikiran kita, si A begini, si B begitu, si C demikian, si D demikian dan demikian. Yang parahnya, terkadang persangkaan kita tiada berdasar dan tidak beralasan. Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain, lalu kita membiarkan zhan tersebut bersemayam di dalam hati. Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada orang lain. Padahal su`u zhan kepada sesama kaum muslimin tanpa ada alasan/bukti merupakan perkara yang terlarang. Demikian jelas ayatnya dalam Al-Qur`anil Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (Al-Hujurat: 12) Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menjauhi kebanyakan dari prasangka dan tidak mengatakan agar kita menjauhi semua prasangka. Karena memang prasangka yang dibangun di atas suatu qarinah (tanda-tanda yang menunjukkan ke arah tersebut) tidaklah terlarang. Hal itu merupakan tabiat manusia. Bila ia mendapatkan qarinah yang kuat maka timbullah zhannya, apakah zhan yang baik ataupun yang tidak baik. Yang namanya manusia memang mau tidak mau akan tunduk menuruti qarinah yang ada. Yang seperti ini tidak apa-apa. Yang terlarang adalah berprasangka semata-mata tanpa ada qarinah. Inilah zhan yang diperingatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dinyatakan oleh beliau sebagai pembicaraan yang paling dusta. (Syarhu Riyadhis Shalihin, 3/191) Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman melarang hamba-hamba-Nya dari banyak persangkaan, yaitu menuduh dan menganggap khianat kepada keluarga, kerabat dan orang lain tidak pada tempatnya. Karena sebagian dari persangkaan itu adalah dosa yang murni, maka jauhilah kebanyakan dari persangkaan tersebut dalam rangka kehati-hatian. Kami meriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, ‘Janganlah sekali-kali engkau berprasangka kecuali kebaikan terhadap satu kata yang keluar dari saudaramu yang mukmin, jika memang engkau dapati kemungkinan kebaikan pada kata tersebut’.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/291) Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah menyampaikan sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi: إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ تَنَافَسُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهَ إِخْوَانًا كَمَا أَمَرَكُمْ، الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَهُنَا، التَّقْوَى ههُنَا -يُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ- بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ، إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ، وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ “Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka. Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan merendahkannya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini.” Beliau mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat ke tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat ke hati-hati dan amalan kalian.” (HR. ِAl-Bukhari no. 6066 dan Muslim no. 6482) Zhan yang disebutkan dalam hadits di atas dan juga di dalam ayat, kata ulama kita, adalah tuhmah (tuduhan). Zhan yang diperingatkan dan dilarang adalah tuhmah tanpa ada sebabnya. Seperti seseorang yang dituduh berbuat fahisyah (zina) atau dituduh minum khamr padahal tidak tampak darinya tanda-tanda yang mengharuskan dilemparkannya tuduhan tersebut kepada dirinya. Dengan demikian, bila tidak ada tanda-tanda yang benar dan sebab yang zahir (tampak), maka haram berzhan yang jelek. Terlebih lagi kepada orang yang keadaannya tertutup dan yang tampak darinya hanyalah kebaikan/keshalihan. Beda halnya dengan seseorang yang terkenal di kalangan manusia sebagai orang yang tidak baik, suka terang-terangan berbuat maksiat, atau melakukan hal-hal yang mendatangkan kecurigaan seperti keluar masuk ke tempat penjualan khamr, berteman dengan para wanita penghibur yang fajir, suka melihat perkara yang haram dan sebagainya. Orang yang keadaannya seperti ini tidaklah terlarang untuk berburuk sangka kepadanya. (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an 16/217, Ruhul Ma’ani 13/219) Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menyebutkan dari mayoritas ulama dengan menukilkan dari Al-Mahdawi, bahwa zhan yang buruk terhadap orang yang zahirnya baik tidak dibolehkan. Sebaliknya, tidak berdosa berzhan yang jelek kepada orang yang zahirnya jelek. (Al Jami’ li Ahkamil Qur`an, 16/218) Karenanya, Ibnu Hubairah Al-Wazir Al-Hanbali berkata, “Demi Allah, tidak halal berbaik sangka kepada orang yang menolak kebenaran, tidak pula kepada orang yang menyelisihi syariat.” (Al-Adabus Syar’iyyah, 1/70) Dari hadits: إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata menjelaskan ucapan Al-Khaththabi tentang zhan yang dilarang dalam hadits ini, “Zhan yang diharamkan adalah zhan yang terus menetap pada diri seseorang, terus mendiami hatinya, bukan zhan yang sekadar terbetik di hati lalu hilang tanpa bersemayam di dalam hati. Karena zhan yang terakhir ini di luar kemampuan seseorang. Sebagaimana yang telah lewat dalam hadits bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memaafkan umat ini dari apa yang terlintas di hatinya selama ia tidak mengucapkannya atau ia bersengaja1.” (Al-Minhaj, 16/335) Sufyan rahimahullahu berkata, “Zhan yang mendatangkan dosa adalah bila seseorang berzhan dan ia membicarakannya. Bila ia diam /menyimpannya dan tidak membicarakan nya maka ia tidak berdosa.” Dimungkinkan pula, kata Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu, bahwa zhan yang dilarang adalah zhan yang murni /tidak beralasan, tidak dibangun di atas asas dan tidak didukung dengan bukti. (Ikmalul Mu’lim bi Fawa`id Muslim, 8/28) Kepada seorang muslim yang secara zahir baik agamanya serta menjaga kehormatannya, tidaklah pantas kita berzhan buruk. Bila sampai pada kita berita yang “miring” tentangnya maka tidak ada yang sepantasnya kita lakukan kecuali tetap berbaik sangka kepadanya. Karena itu, tatkala terjadi peristiwa Ifk di masa Nubuwwah, di mana orang-orang munafik menyebarkan fitnah berupa berita dusta bahwa istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, shalihah, dan thahirah (suci dari perbuatan nista) Aisyah radhiyallahu ‘anha berzina, wal’iyadzubillah, dengan sahabat yang mulia Shafwan ibnu Mu’aththal radhiyallahu ‘anhu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar tetap berprasangka baik dan tidak ikut-ikutan dengan munafikin menyebarkan kedustaan tersebut. Dalam Tanzil-Nya, Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman: لَوْلاَ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ “Mengapa di waktu kalian mendengar berita bohong tersebut, orang-orang mukmin dan mukminah tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri dan mengapa mereka tidak berkata, ‘Ini adalah sebuah berita bohong yang nyata’.” (An-Nur: 12) Dalam Al-Qur`anul Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang Badui yang takut berperang ketika mereka diajak untuk keluar bersama pasukan mujahidin yang dipimpin oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang Badui ini dihinggapi dengan zhan yang jelek. سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ اْلأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا. بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا “Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan, ‘Harta dan keluarga kami telah menyibukkan kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami.’ Mereka mengucapkan dengan lidah mereka apa yang tidak ada di dalam hati mereka. Katakanlah, “Maka siapakah gerangan yang dapat menghalangi-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagi kalian atau jika Dia menghendaki manfaat bagi kalian. Bahkan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Tetapi kalian menyangka bahwa Rasul dan orang-orang yang beriman sekali-kali tidak akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan setan telah menjadikan kalian memandang baik dalam hati kalian persangkaan tersebut. Dan kalian telah menyangka dengan sangkaan yang buruk, kalian pun menjadi kaum yang binasa.” (Al-Fath: 11-12) Wallahu a’lam bish-shawab. 1) Lafadz hadits yang dimaksud adalah: إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِإُمَّتِي مَا حَدَثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَـمْ يَتَكَلَّمُوْا أَوْ يَعْمَلُوْا بِهِ “Sesungguhnya Allah memaafkan bagi umatku apa yang terlintas di jiwa mereka selama mereka tidak membicarakan atau melakukannya.” (HR. Bukhari no. 2528 dan Muslim no. 327) Dikutip dari:http://asysyariah.com/, Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah, Judul: Jauhi Buruk Sangka

Thursday, May 5, 2011

CaNtIk







3588496051_11ac7a5dce_z_large


4162666975_4271085ab1_z_large



InDaHnYa CiNtA KeRaNa AllAh

¸
✿¸.•❤• بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِي م لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Cinta itu adalah ketika timbul perasaan aneh disekujur tubuhmu baik ketika kau melihatnya, mendengarnya, ataupun ketika kau merasakan kehadirannya di dekatnya. Adakalanya kau selalu ingin dekat dengannya, namun yakinlah, bahwa jarak yang jauh terkadang justru mampu mendekatkan hati kalian. Dan juga sebaliknya, kedekatan tanpa ikatan pernikahan seringkali merenggangkan hati kalian. •❤الله✿الله❤• Cinta itu tumbuh secara tak terduga. Terkadang kau berpikir bahwa kau LEBIH BAIK mencintai orang tersebut. Namun ketika HATImu menolaknya kau tak akan mampu berbuat apa-apa. Biarlah perlahan-lahan hatimu, bersama dengan masa yang akan menghapusnya dari pikiranmu.Namun ketika HATImu membenarkan kau justru akan dibuat kebingungan karenanya. Kau justru akan berpikir ulang sebelum kau benar-benar yakin bahwa dialah cintamu yg sebenarnya. •❤الله✿الله❤• Cinta karena Allah adalah ketika kau mengerti, tak hanya kelebihan dari orang itu yang kau lihat, namun juga MEMAHAMI dan MENERIMA kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Sungguh pun kau baru boleh mengatakan bahwa "aku mencintainya" setelah kau benar-benar mengenalnya dgn sebenar-benarnya, yaitu baik dan buruknya. •❤الله✿الله❤• Cinta karena Allah itu tidak akan pernah sebatas pada penampilan dan kecantikan. Adakalanya kau akan lebih mencintai sebongkah arang hitam daripada sebutir intan yang berkilauan. Karena sesungguhnya kau sadar bahwa kau membutuhkan sebuah kehangatan yang mampu mengusir rasa dingin dari jiwamu. Lebih daripada sekedar keindahan yang ternyata membuatmu beku kedinginan. •❤الله✿الله❤• Cinta karena Allah itu TIDAK akan tumbuh dari kecantikan seseorang. Namun KECANTIKAN seseorang justru akan tampak ketika kau mencintainya. Adalah bagaimana kau bisa mencintainya karena akhlak dan agamanya, bukan pada rupa, harta, ataupun nasabnya. karena dengan inilah kau bisa menepis kefakiran, kehinaan, ketidak bahagiaaan, dan kemudian menggantinya dengan kemuliaan yang diridhoi oleh Allah Subhanallau Wa Ta'ala. •❤الله✿الله❤• Cinta karena Allah Bukanlah tentang bagaimana kalian saling memandang, namun bagaimana tentang kalian melihat ke arah yang sama, dan berjalan ke arah yang sama. Kalian sadar bahwa kalian tidak akan mampu menghadapi perjalanan tersebut sendirian melainkan kau butuh seseorang untuk berjalan disisimu, yang saling membantu, saling meringankan, dan saling mengarahkan dalam perjalanan menggapai Ridha-Nya. •❤الله✿الله❤• Cinta karena Allah akan membuatmu merasa tidak perlu memiliki meskipun dalam hatimu kau sangat ingin. Adalah bagaimana kau bisa ikhlas ketika dia ternyata lebih mencintai orang lain dan bahkan kau pun bisa berdoa agar mereka bisa berbahagia. •❤الله✿الله❤• Cinta karena Allah tidak akan menggiringmu pada jurang kemaksiatan. Ketika kau melihat dia dan mencintainya, hal itu akan membuatmu semakin berbenah diri, kau menjadi mampu melihat kekurangan-kekurangan dirimu untuk kemudian memperbaikinya. •❤الله✿الله❤• Cinta Karena Allah tidak akan membuatmu berpikir sempit, justru kau akan berpikir lebih jauh ke depan, lebih matang, lebih dewasa, dan ke arah yang lebih serius Kau tidak akan berpikir dan membayangkan apabila kalian sudah pacaran, namun kau sudah berpikir ke arah pernikahan. Karena kau sadar bahwa ia jauh lebih kokoh, suci, berarti dan bermakna di hadapan Allah. •❤الله✿الله❤• Cinta karena Allah terkadang tak tumbuh dengan sendirinya. Kita seperti layaknya diberi biji untuk ditanam. Lalu ia tergantung pada bagaimana kita merawatnya. Jika kita baik, maka baik pulalah perasaan itu, dan juga sebaliknya. Terkadang pula bisa jadi ia tumbuh dengan sendirinya. Ada saat dimana kau terkadang ingin membunuh saja perasaan tersebut namun entah mengapa kau tak berdaya. Karena sebenarnya bukanlah kita yang menumbuhkan perasaan cinta tersebut, namun Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lah yang berkehendak atas segala perasaan itu. •❤الله✿الله❤• Cinta karena Allah tidaklah selalu membutuhkan beragam kesamaan diantara kalian. Namun yang terpenting adalah kesamaan prinsip dan tujuan, yaitu menggapai ridha Allah Subhanallahu Wa Ta'ala. dalam dirimu kau pun ingin agar kau merasa layak untuk mencintai dan dicintai olehnya. •❤الله✿الله❤• Cinta akan menumbuhkan sikap adil dalam cinta yang membawa hidup sehat dan seimbang (tawazun) dan bukan menjadi sumber penyakit sebagaimana Ibnul Qayyim sampaikan bahwa cinta bagi ruh sama dengan fungsi makanan bagi tubuh. Jika engkau meninggalkannya tentu akan membahayakan dirimu dan jika engkau terlalu banyak menyantapnya serta tidak seimbang tentu akan membinasakanmu. Kelezatan hidup inilah yang dilukiskan dalam hadits tentang kelezatan iman: “Ada tiga perkara yang siapa pun memilikinya niscaya akan merasakan kelezatan iman; barang siapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari lainnya, barang siapa yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan siapa yang benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim) •❤الله✿الله❤• ❤ Wallahua’lam bish Shawwab. ❤ Semoga bermanfaat Insya Allah... ❤ 

WaNiTa SoLeHaH

Karena Aku Cemburu….. Bismillahirrahmanirrahim.... Kenapa bidadari cemburu kepada wanita sholeha,..??? Ayo…ada yang tau kenapa,..??? Karena ternyata Wanita Sholehah lebih mulia dari bidadari surga, keunggulannya yang digambarkan Rosulullah sebagai kelebihan yang tampak atas sesuatu yang tidak terlihat. Aku bertanya, “ Ya..Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia yang sholeha ataukah bidadari yang bermata jeli? ” Beliau menjawab, “ Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat. ” Aku bertanya, “ Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari? ”. Beliau menjawab,” Karena sholat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih berseri, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka (Bidadari) berkata, “ Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya. ” (HR Ath Thabrani, dari Ummu Salamah) Inilah tangkai-tangkai cinderamata untuk para wanita sholeha yang mendamba surga… Inilah mutiara-mutiara yang kemilaunya mempesonakan mata hingga membuat iri para bidadari yang bermata jeli itu dan para lelaki sholeh yang ingin menikahinya... Inilah kuntum-kuntum bunga, yang harum wanginya melebihi wangi harum kesturi... Duhai wanita sholehah kau kan menjadi idaman laki-laki sholeh karena pesonamu diatas pesona bidadari bermata jeli itu… Tak salah sebuah kutipan kata dari `Aidh Al Qarni “ Ku tanamkan didalamnya mutiara lalu..kubiarkan bersinar tanpa mentaridan berjalan tanpa rembulan.kedua matanya adalah sihir dan keningnya laksana pedang India. Milik Allah-lah bulu mata, leher dan kulit yang dicelup merah. “ Tidakkah kau ingin seperti Fatimah atas kesungguhannya menjaga kehormatan diri dan suami,..??? atau tidakkah kau inginkan seperti Khodijah atas kelembutannya dan keibuannya,..??? atau seperti Nusaibah binti Ka’ab seorang akhwat yang jago karate, yang melindungi Rasulullah ke manapun beliau bergerak dalam perang,..??? Tapi…bilakah ingin sepeti ‘Aisyah yang suka bermanja dan ceria tentu.. tidaklah mengapa, atau seperti Hafsah yang tetap bisa membentak dan tertawa terbahak.. itupun tak apa-apa. Banyak akhwat yang hanya menginginkan menjadi sosok seperti ‘Aisyah dan Khodijah, kenapa,..??? apa karena dua wanita Istimewa ini yang telah menjadi mujahidah terbaik bagi Rasulullah,..??? Ayo….tanyakan dalam hatimu,..???? Ukhti…janganlah konyol memaksakan diri menjadi orang lain dengan mengubah karaktermu. Tidakkah kau bangga atas Shibghah Allah atasmu,..???? Maka…. cukuplah warna yang menjadi karakter menghiasi pesona akhlaqmu. “ Shibghah Allah. Dan Siapakah yang lebih baik celupan warnanya daripada Allah? Dan padaNya sajalah kami beribadah. ” (Al-Baqarah 138). Sungguh sesuatu yang kini membingkaimu (karakter dan akhlaq) adalah sesuatu yang indah yang Allah celupkan warna atasmu. Dan menjaganya untuk tetap menjadi mulia di manapun dan kapanpun adalah lebih baik. Lagipula, selera mujahidmu nanti juga berbeda. Bukan begitu,..??? (Emang sudah punya mujahid,..??? Hhee..) Tetaplah jadi dirimu, bila kau memiliki karakter layaknya Aisyah yang senang bermanja dan ceria, yang begitu cemburu dan tentu….. pandangannya tak pernah liar karena hanya menjaga pandangan untuk Rasulullah. Tetaplah itu menjadi ke-khasanmu. Duhai wanita sholehah, kau memang bukan bidadari tapi tidakkah kau inginkan agar bidadari cemburu padamu karena akhlaqmu yang begitu menawan hati? Karena aku juga cemburu,.. karena akhlaq para shahabiyah yang kini telah menawan hatiku… Karena aku begitu cemburu, karena ku inginkan rasa malu itu menjadi penghias akhlaq dan keimananku,.. yang menjadikan Khodijah, Aisyah, Fatimah, Hafsah dan shahabiyah yang lain lebih terjaga oleh rasa melebihi terjaganya seorang gadis dalam pingitan. Sungguh kini…. aku benar-benar CEMBURU . . . . . C.E.M.B.U.R.U padamu… pada Ukhti Sholehah karena akhlaqmu yang begitu menawan itu Karena itu Aku Cemburu…..


Wednesday, May 4, 2011

FaDhiLaT iStIgHfAr: MeNgHaPuS DaN MenuTuP DoSa

Firman Allah SWT yang bermaksud: "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?" (Surah Ali Imran ayat 135) Istighfar bererti meminta ampun kepada Allah SWT. Istighfar juga bererti minta ditudung (ditutup) segala kesilapan atau kesalahan. Minta dilindungi supaya ketika dibangunkan dari kubur di Mahsyar kelak, segala keaiban tidak terdedah kepada umum. Dalam ayat 135 surah Ali Imran, Tuhan menjelaskan sifat baik di kalangan orang beriman yang 'ashi, apabila melakukan perkara keji atau menganiaya dan dedah diri kepada bahaya api neraka. Lalu ingat dan mohon ampun (istighfar) kepada Allah SWT minta ditudung dosanya. Sesal kepada Tuhan kerana derhaka kepada-Nya, dengan anggota yang dikurnia oleh Allah SWT. Menderhaka dengan mata kerana memandang perkara yang haram. Menderhaka dengan lidah kerana mengumpat serta berkata perkara haram. Derhaka dengan mulut kerana makan rezeki yang haram. Semua anggota tubuh badan adalah kurniaan Tuhan, yang sepatutnya digunakan untuk taat dan berbakti kepada-Nya, bukan sebaliknya.Firman-Nya lagi yang bermaksud: "Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia mohon ampun kepada Allah, nescaya dia mendapati Allah Maha Pengangampun lagi Maha Penyayang." (Surah An-Nisa ayat 110) Pada ayat tersebut dijelaskan bahawa orang yang telah melakukan kejahatan atau menzalimi diri, kemudian mengingati Allah SWT dan beristighfar akan mendapati bahawa Allah SWT itu satu Zat yang sangat suka mengampunkan dosa, serta amat Kasihan Belas kepada manusia. Mukmin yang 'ashi (derhaka) hendaklah berkeyakinan bahawa dosanya akan diampun dan dilindungi daripada pandangan orang ramai, dengan syarat mereka menyesali dan taubat bermula daripada hati yang telah insaf. Sepenuh hati berazam tidak melakukan dosa lagi, lantas lisannya menyebut 'Astaghfirullah' atau 'Lailaha illa anta inni kuntu minaz zolimin' atau Allahummaghfirli wa liwalidaiyya. Atau katalah apa saja yang menunjukkan mereka tidak akan mengulangi kesalahan dan kesilapan yang telah dilakukan. Insya-Allah, Tuhan akan terima taubat dan ditudungnya dosa mereka. Diberi keupayaan menentangnya ketika hati teringin melakukannya. Timbul rasa malu dan gerun, akhirnya akan jadi manusia yang patuh dan taat kepada Allah SWT. Firman Allah SWT yang bermaksud: "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun" (Surah An-Nashr ayat 3) Segala kerja bermula daripada anggota zahir atas dorongan hati. Jika bertasbih dan beristighfar terbit daripada sanubari insaf, hasil daripada sikap tersebut dalam jangka masa yang tidak lama, akan terbit rasa malu kepada diri untuk mengingkari istighfar yang diucapkan. Firman Allah SWT lagi yang bermaksud: "Dan yang memohon ampun pada waktu sahur (sebelum fajar)." (Surah Ali Imran ayat 17) Sifat orang mukmin ialah mereka berusaha bangun sebelum fajar untuk beristighfar kepada Allah SWT. Boleh beristighfar pada siang hari, tetapi kemungkinan beristighfar sekadar meniru orang lain. Adapun bangun sebelum fajar adalah lambang keikhlasan kepada Allah SWT, ini kerana kebanyakkan manusia masih lena tidur. Sesetengah sifat orang mukmin ialah hanya sedikit tidurnya pada waktu malam. Orang yang berkeadaan begini pada siang harinya tak mungkin melakukan perkara yang bertentangan dengan syariat Allah SWT. Sebaliknya jika seseorang beristighfar dan berzikir pada waktu malam kerana tarik perhatian jiran sebelah, supaya jirannya tahu dia bangun beramal waktu malam, nescaya tiada kesan yang positif pada siang harinya, kerana dia beramal sekadar untuk menarik perhatian manusia.
Rasulullah s.a.w. amat gemar beristighfar dengan: "Subhanaka Allahumma wa bihamdika Allahumma Ighfirli. Innaka Antat-Tauwwabur Rahim" Yang bermaksud: "Maha suci Engkau (daripada sifat kekurangan), ya Allah Tuhanku, dan aku memuji Engkau wahai Tuhanku ampunilah (segala dosa)ku. Sesungguhnya Engkau Amat penerima taubat lagi Maha Penyayang." Lafaz istighfar hanya dihujung kalimah berbunyi "Ighfirli", tetapi dimulai dengan kata kata sanjungan dan bunga pujian. Iaitutasbih mensucikan Allah SWT dari segala sifat kekurangan dan kelemahan. Bertahmid memuji-Nya dengan segala Kemuliaan yang tidak terhingga. Sebelum meminta sesuatu dari Tuhan lebih dahulu memuji-Nya dengan kata sanjungan. Inilah kaedah yang amat disukai oleh Allah SWT kerana meletakkan-Nya di tempat paling suci dan mulia, sesuai dengan sifat Keagungan Zat-Nya. Justeru jika seseorang itu rajin bertasbih menyebut 'Subhanallah' dengan penuh kesedaran, misalnya menyebut 'Subhanallah' yang bermaksud Maha Suci Allah dari kejahilan, bererti Dia-lah Tuhan yang Maha Berilmu. Sebut berulangkali 'Subhanallah' Maha Suci Allah dari sifat kelemahan yang lain, bererti Dia-lah Tuhan penuh dengan segala sifat Kesempurnaan. Sanjunglah Allah SWT dengan tasbih dan tahmid.

SuRaH AL-fAtIhAh...KeLeBiHaNnYa

Dalam kekusutan minda. Dalam ketidak tenteraman jiwa. Dalam kecelaruan ummat. Dan dalam segala macam keserabutan masyarakat sekarang ini. Saya berpendapat, adalah teramat MUSTAHAK bagi setiap seorang daripada kita ini, khususnya yang beragama Islam, agar memperkukuh diri kita dengan ilmu2. Bukan hanya mendalami ilmu, malah yang terlebih pentingnya ialah mengamalkan ilmu yang kita ada.
Dalam post kali ini, saya ingin mengajak anda semua untuk memahami dan meneliti tentang kehebatan dan keistimewaan surah al-Fatihah. Bukan hanya sekadar mengetahui tentang kelebihan surah Fatihah ini, malah saya menyeru kepada anda semua, agar kita sama-sama dapat mengamalkan ilmu yang dikongsikan dibawah ini.
Baca dan ketahuilah ‘Rahsia Fadhilat Surah Fatihah‘ ini. Serta amalkanlah ilmu yang kita dapat. InsyaAllah.
1. Untuk membuatkan seseorang (suami anda, isteri anda, anak2 anda) supaya sentiasa ingat dan kasih pada anda :
  • Bacalah surah al-Fatihah 14 kali sebelum tidur.
2. Untuk mengubati penyakit yang kritikal:
  • Baca surah al-Fatihah 41 kali dan tiup pada air.
  • Minum air tersebut dan mandi menggunakan air tersebut.
3. Untuk merawat masalah sakit kepala/ sakit yang berkaitan dengan otak:
  • Baca surah al-Fatihah 7 kali sambil mengusapkan kepala orang yang sakit tersebut.
  • Lakukannya 1 kali sebelah pagi dan 1 kali sebelah malam setiap hari tanpa gagal.
4. Untuk mengurangkan kesakitan yang melampau:
  • Baca surah al-Fatihah 3 kali dan tiupkan dalam segelas air dan minum air tersebut.
  • Kemudian, baca surah al-Fatihah sambil mengusap ditempat yang berasa sakit tersebut.
5. Untuk menghentikan bayi / anak kecil yang sedang menangis (samaada menangis ditengah malam atau pada bila2 masa sekalipun):
  • Baca surah al-Fatihah 7 kali sambil mengusapkan kepala bayi/anak kecil tersebut.
6. Untuk merawat luka2 kecil: Contohnya luka terkena pisau, luka disengat tebuan, darah keluar tak berhenti, jari terkepit pintu dan sebagainya.
  • Baca surah al-Fatihah 3 atau 7 kali.
  • Kemudian, gunakan ibu jari, ambil sedikit air liur dari bahagian “langit-langit” dan gosokkannya pada kawasan yang terluka tersebut.
Semua cara yang diterangkan di atas, InsyaAllah pasti akan mendatangkan kesan dengan beberapa syarat:
1)   Percaya dan yakin bahawa Surah al-Fatihah ialah sebaik-baik penawar untuk segala macam jenis penyakit (dengan kuasa Allah yang menjadikan surah al-Fatihah penuh keistimewaan).
2)   Baca dengan penuh “khusyuk” dan “Tawadhu”.
3)   Tawakal sepenuhnya pada Allah.
4)   Gunakan amalan tersebut dengan NIAT YANG BAIK saja. InsyaAllah akan dimakbulkan oleh Allah.
Wallahualam.
Sumber ilmu : Dr. Fatma Az-Zahra