Friday, April 15, 2011

SeBuAh KiSaH GuRu DaN AnAk MUrId

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ana ada satu kisah yang ingin dikongsikan kepada pengunjung sekalian.
Satu hari, seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajah anak muridnya itu belakangan ini selalu tampak murung.
"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Murabbi bertanya.
"Guruku, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Susah bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang
murid muda.
Sang Guru tersenyum. "Nak, ambilkan segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak perlahan tanpa semangat. Lalu, ia laksanakan permintaan gurunya itu dengan membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.
"Cuba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis kerana meminum air
masin.
"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.
"Masin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.
Sang Guru tersenyum melihat wajah muridnya yang meringis
kemasinan.
"Sekarang, ikut aku." Sang Guru itu membawa muridnya ke tasik di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa tadi, dan taburkan ke dalam tasik ni."
Si murid menaburkan segenggam garam yang tersisa itu ke dalam tasik, tanpa
bicara. Rasa masin di mulutnya tadi masih belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa masin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu fikirnya.
"Sekarang, cuba kau minum air tasik ini," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup rata untuk didudukinya, tepat di pinggir
tasik.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air tasik, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air tasik yang dingin
dan segar mengalir di tengkuknya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
belakang tangannya.
Tentu saja, tasik ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air tasik ini juga menghilangkan rasa masin yang
tersisa di mulutnya.
"Terasakah kau rasa garam yang kau taburkan tadi di dalam tasik ni?"
"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memerhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air tasik itu sampai puas.
"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar, dikira oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."
Si murid terdiam, mendengarkan.
"Tapi Nak, rasa `masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya qalbu (hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya
tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar tasik."
Jadi, bukakanlah hati kita apabila musibah, ujian datang kepada kita. Seluas mana kita berlapang dada untuk ujian tu, sejauh tu jugak kita tidak akan merungut akan ujian tersebut. Malah, akan bersyukur lagi.
Moga entri ni dapat memberi manfaat kepada pembaca. Wallahua'lam.

No comments:

Post a Comment